Sabtu, 29 Mei 2010

Membaca Cerpen “I Love My Sister” karya Zen Horakti

I Love My Sister?
Cerpen oleh Zen Horakti

Yang ada di hadapanku bukan dirinya, dirinya yang imut, lucu, dan konyol itu. Kini yang terlihat adalah paras yang cantik, tubuh yang aduhai, dan suara yang indah menyapaku saat aku terbangun melihat cewek itu memakai baju adikku yang kekecilan membuat kancing baju piyamanya pental semua.

“Siapa kamu?” aku panik.

“Aku, aku Anita kak. Apa yang terjadi? Mengapa bajunya terasa sesak?” dengan wajah yang sungguh menawan.

Setelah itu, dia menceritakan semua tentang dirinya yang membuktikan dia adalah Anita, dari semua kejadian yang menimpa kami, kini aku yakin dia benar-benar Anita, adik angkatku yang kuanggap seperti adik kandungku sendiri. Mengapa dia bisa tiba-tiba menjadi dewasa seperti ini, padahal kemarin dia masih terlihat seperti adikku yang berumur sepuluh tahun.

Anita baru saja selesai mandi, setelah mandi wajahnya terlihat semakin cantik. Setelah itu dia membuat sarapan dan terpaksa menggunakan baju kaos milikku, karena semua bajunya sudah tidak muat.

Dia menyajikan masakan seperti biasanya, dia memang sangat pandai memasak sejak dulu. Saat pulang dari kerja ataupun kuliah dia selalu menyajikan makanan yang lezat untukku. “Anita, apa yang membuatmu seperti ini? apa kamu meminum ramuan sihir mempercepat pertumbuhan, atau ramuan penambah umur?” aku menghujani Anita dengan pertanyaan.

Dia menunduk, mungkin juga berpikir apa yang membuatnya seperti ini. “Kemarin, kakak masih ingat dengan penjual minuman yang kemarin kita mampir. Saat itu penjualnya berbisik padaku, katakan permintaanmu dan teguklah.” Jawab Anita setelah minum teh hangat buatannya.

“Lalu apa permintaanmu?” tanyaku makin penasaran.

“Cepat dewasa, dan pintar biar bisa membantu kakak.” Jawab Anita tanpa beban.

“Jadi . . . . kita harus menemui penjual minuman itu.” Aku jadi panik.

“Kak, nggak usah terburu-buru. Habiskan aja dulu sarapannya. Nanti kakak sambil nyari penjual minuman itu ya.” Ucap Anita menenangkanku.

Saat aku berangkat untuk kerja, kerja sambilan pagi terus kuliah nanti sore. Anita memanggilku dari mulut pintu. “Kak.”

“Ada apa, Ta?” tanyaku menoleh.

“Lupa ya? Biasanya kakak mencium keningku sebelum berangkat kerja. Sekarang mana?” tanya Anita memperlihatkan senyuman manisnya.

Wajahku memerah malu, Aduh, kenapa aku jadi berdebar begini, padahal aku sering melakukan ini. Setiap sebelum berangkat kerja aku mengantar Anita sekolah, dan selalu mencium keningnya, namun hari ini dia tidak bisa sekolah. Hal itu disebabkan bisa-bisa syok satu sekolah jika melihat Anita sebesar ini.

Aku melangkahkan kakiku mendekati Anita, aku jinjitkan kakiku untuk meraih keningnya, akhirnya bisa. Tubuh Anita kini sama tingginya denganku. Dadaku kembali berdebar-debar, bagaimana ini? aku jadi salah tingkah begini. Padahal aku sudah punya pacar, bagaimana kalau Risa tahu kalau ada cewek cantik tinggal bersamaku. Hidupku kok semakin ruwet begini.

***

Selama aku bekerja, aku jadi kurang fokus karena kejadian yang menimpa adikku itu. Akibatnya beberapa kali aku salah mengantarkan barang. Setelah aku bekerja akan kucari di mana penjual minuman yang katanya membuat adikku menjadi seperti ini.

Setelah bekerja, aku mencari tempat penjual minuman tersebut. Jujur saja aku masih sangat ingat di mana tempat itu. Tapi, yang lucunya kedai kecil yang kemarin aku lihat tidak ada di sana. Aku mencoba menanyakan orang sekitar, tapi tidak ada yang mengetahui ada kedai kecil di situ.

Di kampus aku bertemu dengan Risa pacarku saat ini. kami memang beda fakultas, tapi aku beruntung bisa mendapatkan cintanya, karena dia menjadi salah satu cewek rebutan di kampus.

Sepulang kuliah aku terkejut melihat isi rumah. Seluruh ruangan ditata dengan rapi, semua tampak bersih, dan rapi. Siapakah dibalik semua ini, saat itu yang aku pikirkan cewek cantik muncul dari balik pintu, Anita, dialah dibalik semua ini.

“Anita, apa yang kamu lakukan pada rumah kita?” aku tahu dia membersihkannya, tapi ini mengejutkan. Sebenarnya Anita memang selalu membersihkan rumah, tapi nggak pernah sebersih ini.

“Karena nggak ada kerjaan, jadi aku pel semuanya. Selain itu aku juga mengerjakan tugas kuliah kakak, yah beberapalah yang aku bisa.” Ucap Anita memperlihatkan buku tugas yang dia kerjakan.

Mataku membesar tidak percaya, dia bisa mengerjakan tugas kuliah. Aku tahu tubuhnya membesar, tapi apakah otak dan pengetahuannya juga demikian? Seharusnya dia itu masih berkemampuan SD kelas 5 tapi . . . . dia bisa kerjakan tugas kuliah, “Ah, sembarangan kali kamu kerjaannya.” Aku berusaha menghibur diriku sendiri sambil mengambil buku tugas yang dikerjakan Anita.

Kuperiksa kerjaannya, setelah yakin beberapa di antaranya memang benar jawabannya. Aku jadi tambah kaget. “Tidak mungkin.”

“Ada apa, Kak? Apa ada yang salah?” tanya Anita terlihat cemas.

“Hebat, ta. Kamu bisa mengerjakan soal anak kuliahkan. Gimana caranya?” aku penasaran menatap Anita dengan penuh perhatian.

“Aku cuma mengingatnya, padahal aku nggak pernah kuliah tapi rasanya sudah pernah menginjak di sana. Selain itu aku juga mengerjakan buku-buku LKS SMA kakak nih.” Ucap Anita menunjukkan buku LKS milikku itu.

Ya ampun, ini kenyataan yang memusingkan, memang Anita selalu mendapat nilai sempurna saat dia masih SD, tapi pengetahuannya kini berkembang sesuai dengan tubuhnya. Mungkin dia bisa menjadi mahasiswa sekarang, dia sungguh berubah.

***

Malam harinya, aku dan Anita selalu tidur bersama, dulu dia selalu aku peluk karena sangat menggemaskan, tapi kini...?? berdebar semalaman gara-gara tidur bersamanya. Oh tidak, nafsu birahiku muncul pada Anita. Aku harus mengambil tindakan, aku takut nanti bisa tidak tahan menahan jika terus tidur bersama dengan Anita.

“Memangnya kenapa, kitakan saudara?” Anita bertanya-tanya kenapa aku memintanya untuk berpisah kamar denganku.

“Kakak takut nanti kakak khilaf dan kita berhubungan intim seandainya kita satu kamar terus. Banyak berita yang mengatakan saudara berhubungan intim karena satu kamar terus. Kakak takut, Ta. Kamu tumbuh lebih cepat dari perkiraanku, kamu kini sungguh cantik.” Ucapku menahan mau, malu dengan penjelasan yang aku katakan padanya.

Anita paham, dia tersenyum senang, “Kakak memang baik. Kakak selalu melindungiku, bahkan melindungiku dari kakak sendiri.” Ucapnya.

Setelah itu aku menceritakan tentang pencarianku tentang kedai minuman yang memberikan minuman untuk Anita sebelum dia menjadi tumbuh sebesar ini. Anita menjadi bingung, apa mungkin memang minuman itu adalah minuman yang mampu mengabulkan permintaan.

“Hei, Ta. Kamu mau nggak jalan-jalan sama Kakak buat nyari baju-baju buatmu. Baju-bajumukan sudah tidak pas lagi buatmu. Kita cari baju-baju yang cantik, mumpung kakak gajian nih.” Ucapku saat selesai memakai baju setelah mandi.

Anita mengangguk semangat sambil memelukku.

***

Aku membawa Anita ke pasar di belakangku, dia memeluk dan merebahkan kepalanya di atas pundakku. Aku jadi grogi, aku bisa merasakan seluruh tubuhnya menempel di belakangku. Aku jadi nggak konsentrasi, jantungku berdebar-debar bahkan lebih dari biasanya, apakah aku . . . . jatuh cinta pada Anita.

Di pasar, Anita banyak membeli baju. Berbagai baju dia kenakan membuatnya tampak cantik, terutama saat dia memakai baju gaun dan rok putih, membuatnya tampak seperti bidadari. Aku sungguh terkesan.

Setelah berbelanja dan bersenang-senang, kami pulang. Aku jadi sedikit minder dipanggil kakak oleh Anita, padahal yang terlihat dia lebih tua dariku dan lebih dewasa dibanding aku.

***

Esok paginya, aku sudah mendapat sarapan yang lezat dari Anita. Dia memang sangat pandai memasak bahkan saat dia masih bertubuh kecil.

Aku baru saja ingin berangkat kerja, dan saat membuka pintu sungguh mengejutkan wajah orang yang berdiri di depan pintu itu. “Risa? Ada apa pagi-pagi begini kamu datang?” tanyaku bingung melihat wajah Risa tampak begitu geram.

“Kemarin pergi dengan siapa kamu? Cewek cantik yang kamu bonceng dan meluk-meluk kamu itu siapa?” tanya Risa begitu kasar.

“Eh, itu . . . “ ucapku berpikir alasan, tapi Anita muncul membuat keadaan semakin buruk.

“Ryo . . . . . .!!” teriak Risa menatap Anita. “Cewek ini siapamu?” Bentak Risa yang benar-benar naik darah.

Aku terdiam tidak mampu berkata apapun lagi.

“Oh, Mbak Risa. Ryo banyak loh cerita tentang Mbak. Beruntung banget kamu Ryo mendapat cewek secantik Risa.” Ucap Anita dengan ramah, membuat aku dan Risa sama-sama bingung.

“Loh, memangnya kamu siapa?” tanya Risa karena amarahnya mulai mereda. Sedangkan aku cuma bisa menatap Anita dan Risa bergantian.

“Aku ini Yuna, kakak Ryo. Gimana, Ryo nggak nakalkan sama kamu?” Ucap Anita berakting.

“Oh kakakmu, Ryo. Kok nggak bilang-bilang punya kakak cantik. Maaf nih, sudah salah sangka.” Ucap Risa jadi malu sendiri.

“Kita memang baru ketemu. Aku baru aja pulang dari setelah meraih S1 di UGM. Aku kembali buat jadi guru SD. Hehehe, oh ya, sampai lupa masuk Dik Risa.” Ajak Anita dengan santun dan lembut.

“Ah, nggak usah. Oh ya, di mana Anita?” tanya Risa, dia sangat menyukai Anita seperti adiknya sendiri. Itu karena dulu dia pernah kehilangan adiknya, sekitar 10 tahun lalu karena banjir.

“Anita ada di rumah bibi, dia sekolah di sana, dia tidak bisa di sini dulu. Karena Ryo katanya banyak ujian, dan sibuk belakangan ini. hehehe.” Jawab Anita memberikan alasan yang tepat.

“Umm, ya udah. Ryo, Kak Yuna. Ryo sampai jumpa di kampus. Juga sampaikan salam kangenku sama Anita.” Ucap Risa meninggalkan kami dengan motor Mio merah miliknya. Aku sejak tadi tidak bicara karena mendengar Anita mampu berakting sehebat itu.

Saat masuk ke dalam rumah, dia langsung tertawa geli. “Aku nggak nyangka bakal bisa bicara seperti itu. Huh, untung saja kepikiran.” Ucapnya memegang perutnya yang sakit lalu melanjutkan tawanya.

“Anita, hebat banget kamu kepikiran bicara seperti itu.” Aku memuji Anita karena kagum atas apa yang dia lakukan tadi.

“Iya dong, kan nggak mungkin dia percaya kalau aku ini adik Kakak, jadi aku bilang kalau aku ini Kakaknya kakak. OK, kak siap-siap deh buat kerja.” Ucap Anita lalu masuk ke kamar mandi.

Aku kembali dibuat tercengang oleh kenyataan, Anita benar-benar luar biasa, dia mampu membaca situasi dan memberikan jalan keluar yang tepat. Aku mengakui dia adalah cewek yang perfect banget, sudah cantik, pintar, tubuhnya aduhai, otaknya encer bahkan melebihi kepintaranku. Kalau begini terus, aku akan membongkar identitas Anita dan mengatakan aku cinta padanya.

Di kampus aku bertemu dengan Risa, dan dia langsung mengajakku ke kantin. Dia tahu kalau cewek yang mengaku sebagai kakakku itu bukan kakakku. Mati aku, rahasiaku terbongkar. Ternyata dia curiga dan mencari data tentang diriku melalui identitas daftar murid dan tertulis di situ aku hanya punya satu keluarga yaitu Anita. Apa yang harus aku jawab sekarang.

“Siapa sebenarnya dia Ryo? Apa dia istrimu?” tanya Risa pelan dan sopan.

”Dia . . . dia . . . Anita, Ris.” Jawabku tidak mampu untuk bohong.

“An . . . Anita?” Jelas Risa bingung.

“Dia tiba-tiba saja menjadi tumbuh dewasa, dia menjadi begitu cantik. Berpendidikan, dan dewasa. Bahkan kupikir dia mirip denganmu, entah sihir apa yang membuatnya seperti itu.” Aku berusaha untuk meyakinkan Risa.

Risa sempat diam, dia menatapku dalam-dalam. Lalu dia pukul meja makan kami, “Dasar bego, kamu pikir aku mau percaya dengan omong kosongmu itu. Tidak usah kamu takut mengatakan dia itu pacarmu, aku pasti akan bersikap dewasa dan mundur, tapi jawabanmu kok ngawur begini.” Ucap Risa kesal, lalu memutar tubuhnya pergi meninggalkanku.

***

Aku pulang ke rumah dengan lesu, karena kini aku telah yakin untuk mengungkap semua tentang status Anita. Tapi, saat aku ingin membuka pintu, pintunya terkunci. Untung saja aku punya kunci duplikat, jadi aku tetap bisa masuk.

Entah ke mana perginya Anita. HP-nya ditinggal. Aku jadi gelisah, ingin aku mencarinya, tapi tidak tahu harus mencarinya ke mana. Jadi aku putuskan untuk menunggunya.

Sudah pukul sepuluh, Anita tidak kunjung pulang. Aku semakin khawatir, jangan-jangan Anita diculik. Aku segera mengambil kunci motor dan bergegas keluar, tapi yang ada di depan pintu saat itu adalah Anita. Tidak kuasa aku menahan tubuhku untuk tidak memeluknya. Aku sungguh khawatir.

Setelah itu aku membawanya masuk, sejak tadi dia diam. Apa sebenarnya yang terjadi padanya. Lalu kami duduk lesehan di depan TV.

“Tadi aku pergi sama Kak Risa.” Ucap Anita sebelum aku tanya padanya.

“Risa? Memangnya ada apa? Dia marah sama kamu?” tanyaku penasaran.

“Tidak, dia cuma tanya siapa sebenarnya aku, aku berusaha untuk meyakinkan bahwa diriku ini Anita.

Pada akhirnya dia percaya. Juga ada fakta yang terungkap kak. Kakak tahu ini.” Ucap Anita menunjukkan kalung yang dia bawa sejak Ayahku menemukannya.

Aku cuma diam menatap kalung itu. kalung yang bermata logam putih berbentuk 2 huruf R yang saling membelakangi. “Kakak bilang ini pemberian kakak. Yah memang benar ini pemberian kakak, tapi kakakku yang sebenarnya, Kak Risa. Aku ini anak pungutkan, Kak.” Ucap Anita dengan lemah juga memilukan.

Aku menunduk menyesal, “Maaf, Ta. Kakak nggak bermaksud untuk menutupinya.” Ucapku dengan perasaan bersalah.

“Aku tidak marah kok, Kak. Kini aku tahu arti kalung ini, dua huruf R ini adalah R untuk Risa, dan R untuk Rina namaku yang sebenarnya. Aku ingin tanya satu hal, apa dulu kita ini sesusuan, kak?” tanya Anita memelas.

Aku menyiapkan hati dulu untuk menjawabnya. “Tidak, Ta. Dulu Ayah menemukanmu, kamu sudah umur sekitar 3 tahun. Apa Risa tidak cerita sama kamu?” tanyaku memastikan.

“Oh, begitu.” Ucapnya, lalu Anita menunduk. Kemudian dia angkat kepalanya kembali dengan senyuman, senyuman yang cantik. “Bolehkah, aku jadi istri kakak? Aku sangat sayang sama kakak, sejak tubuhku ini membesar. Namun, karena aku pikir kita sedarah, jadi aku tidak berani mengatakannya.” Ucap Anita dengan tatapan bahagia.

Aku kini yang terdiam, aku tidak percaya rupanya seperti ini perasaan Anita padaku. Kemudian aku mendengar seseorang membuka pintu rumah. Ternyata ada Risa yang datang. “Ryo, terimalah dia menjadi istrimu. Dia sudah lama bersamamu, jauh sebelum kita bertemu. Tolong bahagiakan adikku, ya.” Ucap Risa dengan senyuman.

Kini aku kembali menatap Anita, “Nita, aku juga cinta sama kamu. Jadi kamu kapan mau kita menikah?” tanyaku lagi pada Anita.

“Terserah kakak saja.” Ucap Anita lalu menoleh ke arah Risa, “Kak, aku mau ketemu sama mama dan papa. Sebelum aku menikah dengan Kak Ryo, aku mau tinggal sama Kak Risa dulu.” Anita sungguh bahagia.

“Kak Ryo, aku juga tadi bertemu sama yang memberikan aku minuman itu. Katanya, sampai nanti jam 12 malam, aku nggak mendapatkan cinta sejatiku, maka aku kan kembali menjadi Anita yang dulu. Tapi, karena sekarang aku sudah menemukannya, aku tidak akan kembali menjadi Anita yang dulu.” Ucap Anita menjelaskan yang terjadi padanya.

***

Dua Minggu kemudian, aku dan Anita akhirnya menikah. Aku mengundang teman-teman satu kampusku. Tentunya juga Risa yang ternyata adalah kakak Anita. Setelah menikah aku kembali melanjutkan kuliah. Sedangkan Anita . . ?? dia menjadi guru kursus untuk Bahasa Inggris, Fisika, dan Metik. Hebatkan.

======================================================================
======================================================================

Membaca Cerpen “I Love My Sister” karya Zen Horakti

Beberapa kelemahan yang harus menjadi perhatian serius bagi Zen Horakti :

1. Penokohan

a. Aku (Ryo)
- Aku masih kuliah tetapi juga sudah bekerja. Kuliah sambil bekerja, ataukah kerja sambil kuliah, terserahlah.
- “Aku cuma mengingatnya, padahal aku nggak pernah kuliah tapi rasanya sudah pernah menginjak di sana. Selain itu aku juga mengerjakan buku-buku LKS SMA kakak nih.” Ucap Anita menunjukkan buku LKS milikku itu.

LKS SMA milik “aku” yang sudah kuliah-kerja? Jelas di sini si “aku” bukan hanya “kuliah-kerja” tapi juga “pelajar”. Kalau menganut “keajaiban ramuan yang diminum Anita”, bisa saja si “aku” pelajar yang juga kuliah dan bekerja. Mungkinkah? Terserah logika siapa pun.Sayangnya tidak ada keterangan si “aku” bersekolah juga di SMA mana.

b. Anita
- “Aku, aku Anita kak. Apa yang terjadi? Mengapa bajunya terasa sesak?” dengan wajah yang sungguh menawan.
- Padahal kemarin dia masih terlihat seperti adikku yang berumur sepuluh tahun.
- Seharusnya dia itu masih berkemampuan SD kelas 5
- Anita kini sama tingginya denganku.
- “Kemarin, kakak masih ingat dengan penjual minuman yang kemarin kita mampir. Saat itu penjualnya berbisik padaku, katakan permintaanmu dan teguklah.” Jawab Anita setelah minum teh hangat buatannya.
- “Bolehkah, aku jadi istri kakak? Aku sangat sayang sama kakak, sejak tubuhku ini membesar.
- “Nita, aku juga cinta sama kamu. Jadi kamu kapan mau kita menikah?” tanyaku lagi pada Anita.

Berkat ramuan sihir yang mempercepat pertumbuhan dan pertambahan usia, Anita mengalami gangguan pikiran. Dia ingat “ingat dengan penjual minuman yang kemarin” tapi lupa baju untuk anak berusia 10 tahun akan berbeda dengan usia 18-20 tahun (mau diajak menikah, dan posturnya sudah dewasa). Kalau dia bisa melihat posturnya dan berpikir dewasa, kenapa dia memaksakan diri untuk memakai bajunya ketika berusia 10 tahun?

Selanjutnya, soal menyajikan makanan. Baca kutipan dari cerpen itu.
- Dia menyajikan masakan seperti biasanya, dia memang sangat pandai memasak sejak dulu. Saat pulang dari kerja ataupun kuliah dia selalu menyajikan makanan yang lezat untukku.

Sejak dulu Anita sangat pandai memasak? Kemarin saja usia Anita baru 10 tahun. Apakah anak perempuan berusia 10 tahun sudah sangat pandai memasak, dan harus meladeni kakaknya? Apalagi masih sekolah kelas 5 SD bahkan disebutkan “dia memang sangat pandai memasak sejak dulu.” Ini sungguh keterlaluan! Eksploitasi anak di bawah umur sejak dulu!

2. Setting Waktu

- apa kamu meminum ramuan sihir mempercepat pertumbuhan, atau ramuan penambah umur?
- “Kemarin, kakak masih ingat dengan penjual minuman yang kemarin kita mampir. Saat itu penjualnya berbisik padaku, katakan permintaanmu dan teguklah.” Jawab Anita setelah minum teh hangat buatannya.
- Malam harinya, aku dan Anita selalu tidur bersama, dulu dia selalu aku peluk karena sangat menggemaskan

Mari berhitung dalam waktu, sejak mulai proses pertumbuhannya dan di luar sepengetahuan si “aku” sehingga tidak menemukan perubahan, padahal malam hari mereka selalu tidur bersama bahkan si “aku” selalu memeluk Anita? Atau, sejak pukul berapa khasiat ramuan itu bekerja sehingga terjadi pertumbuhan?

Kalau si “aku” berangkat kerja pukul 07.00, berarti si “aku” harus mandi dulu. Mandi dan lain-lain sekitar 15 menit. Berarti selama 15 menit itulah proses pertumbuhan dimulai hingga si “aku” kaget ketika hendak berangkat kerja si “aku” menemukan perubahan fisik dan pikiran pada diri Anita. Luar biasa ramuan itu! Begitu ditinggal ke kamar mandi, Anita sudah berubah!

Berikutnya, urutan waktu berdasarkan alurnya.
Di kampus aku bertemu dengan Risa pacarku saat ini. Kami memang beda fakultas, tapi aku beruntung bisa mendapatkan cintanya, karena dia menjadi salah satu cewek rebutan di kampus.
Sepulang kuliah aku terkejut melihat isi rumah. Seluruh ruangan ditata dengan rapi, semua tampak bersih, dan rapi. Siapakah dibalik semua ini, saat itu yang aku pikirkan cewek cantik muncul dari balik pintu, Anita, dialah dibalik semua ini.

Si “aku” bertemu dengan Risa, pacarnya, tapi sama sekali tidak ada obrolan apa-apa. Tapi begitu sampai rumah, panjang sekali isi ceritanya. Benar-tidak sih si “aku” berpacaran dengan Risa, jika diukur dari waktu pertemuan mereka di kampus yang sama sekali tanpa obrolan secuil pun?

3. Setting Tempat

Si “aku” dan Anita tinggal di rumah siapa ya? Apakah benar ada orangtua, sekalipun orangtua angkat, merelakan anaknya yang berusia 10 tahun ikut merantau kakaknya, seorang laki-laki, masih lajang, masih kuliah bahkan sudah bekerja tapi tidak ada pembantu di rumah?

4. Lain-lain

- Aku membawa Anita ke pasar di belakangku, dia memeluk dan merebahkan kepalanya di atas pundakku.

Susah sekali ya menyebutkan “aku membonceng Anita” sehingga jelas posisi si “aku” dan Anita tanpa perlu “aku membawa Anita… di belakangku” yang justru seolah “menggendong Anita”.

- Aku jadi grogi, aku bisa merasakan seluruh tubuhnya menempel di belakangku.

Hanya dengan memeluk dan merebahkan kepala, si “aku” sudah bisa merasakan seluruh tubuh Anita. Kata “seluruh” terlalu lebay karena “seluruh tubuh” berarti pundak, punggung, pinggul, dan seterusnya. Banyak tingkahnya Anita ketika digonceng sampai-sampai “seluruh tubuhnya” bisa dirasakan oleh si “aku”.

- Berbagai baju dia kenakan membuatnya tampak cantik, terutama saat dia memakai baju gaun dan rok putih, membuatnya tampak seperti bidadari.

Pertama, baju gaun. Mengapa masih menyandingkan kata “baju” dan “gaun”? Cukup menyebutkan “gaun” itu sudah berarti baju atau pakaian, seperti juga baju kaos yang cukup menyebut kaos oblong atau kaos kerah, baju kemeja bisa dengan kata “kemeja” sudah menunjukkan jenis bajunya, atau “daster” tidak perlu diawali dengan kata “baju” menjadi “baju daster”.

Kedua, memakai "baju gaun dan rok putih". Sudah pakai gaun, masih juga pakai rok putih. Ini perempuan waras atau lagi ngelawak? Entahlah. Itu saja sedikit dariku.

Ketiga, dia memakai baju gaun dan rok putih, membuatnya tampak seperti bidadari. Dengan memakai “baju gaun dan rok putih”, Anita tampak seperti bidadari? Bidadari memakai baju gaun dan rok putih, itu bidadari apa? Ini pasti berkat ramuan ajaib yang diminum Anita sehingga penglihatan dan pikiran si “aku” berubah tidak karu-karuan.

***

GN rasa itu saja yang bisa GN sampaikan. Sebenarnya masih bisa dibedah lebih jauh untuk memperlihatkan kekurangan itu, namun GN anggap itu saja sudah menunjukkan bahwa cerpen tersebut memiliki kesalahan logika cerita yang fatal. Belum lagi E.Y.D, dan lain-lain.

Balikpapan, 23 Mei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar